Whew, lama gak nge'pin nih gabus, mm, karena belum sempat menjejakkan kaki kemana-mana karena, ehem, sesuatu hal, jadinya sekarang nge'pin yang baru aku dapat dari my recent activity aja deh. Just read a book, buku agak lama sih, cuman kemarin sengaja pas on the bus baca-baca lagi, sambil nungguin pak kernet melilitkan tali rafia ke spion samping bus yang udah gak nempel lagi di gagangnya, dan pak sopirnya hebat, masih nyantai aja gitu jalan dengan spion yang hampir 3/4 bagiannya tertutup terlilit tali rafia, bener-bener merasa teraniaya aku sepanjang perjalanan ==" Eits, this story isn't about those wrecked spion kok, yuk lanjut..
This story is about a chapter of a book, mm, copas sih, just wanna share some of the morals :) Bukunya judulnya "Fulfilling Life: Merayakan Hidup yang Bukan Main" karya Parlindungan Marpaung, buku pertamanya sempet jadi best seller, judulnya "Setengah Isi Setengah Kosong". Apik, recomended buat yang hobi baca, aman juga buat yang hobi stand-up reading karena kisah-kisah didalamnya cukup singkat dan sederhana :)
Aish, kapan ceritanya ini, dari tadi intro terus, tadaa, here's the story..
Tongkat Punya Siapa

Tak lama kemudian lewatlah seorang petualang yang akan merambah hutan. Melihat tongkat yang berdiri tegak tertancap di tanah dia berpikir, ini akan membahayakan orang lain yang lewat apalagi jika malam hari, tentu akan tersandung. Dia pun mengubah posisi tongkat tersebut, digeletakkan ke tanah sehingga tidak mengganggu pejalan kaki dan dia pun meneruskan perjalanannya bertualang.
Berikutnya lewat seorang pemancing yang akan memancing ikan tidak jauh dari tempat tersebut. Melihat ada sebuah tongkat panjang yang tergeletak di pinggir jalan, dia langsung berteriak ' Ahaa.. sudah dari tadi aku mencari tongkat untuk mengukur kedalaman sungai sehingga aku bisa memancing ke tengah sampai batas pinggang, akhirnya ketemu juga!'


Sesungguhnya apa yang kita miliki saat ini hanyalah bersifat sementara, sehingga rasanya agak berlebihan jika seseorang mengklaim bahwa apa yang dimilikinya saat ini adalah miliknya yang abadi selamanya. Tidak ada satu orangpun di dunia ini bisa memiliki segala sesuatu tanpa sepengetahuan Sang Khalik. Dia yang memberi, Dia pula yang dapat mengambilnya dalam sekejap.
Itulah sebabnya, semakin seseorang menerima dan memiliki segala sesuatu, baik fisik, maupun non fisik seyogyanya harus semakin hidup rendah hati dan syukur. Sudah saatnya, apa yang dimiliki dibagikan kepada orang lain, agar orang lain pun dapat merasakan berkah Sang Khalik melalui uluran tangan kita.
Orang yang memberi tidak akan pernah kekurangan. Namun mereka yang sulit memberi justru akan selalu merasa kekurangan dan ketakutan. Di dalam pemberian ada kebahagiaan dan kebersamaan. Melalui pemberian, kita menyadari bahwa sesungguhnya manusia itu tidak sendiri dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Bukankah segala sesuatu ada masanya? Ketika masa yang datang kurang menguntungkan dan menjadi beban, bukankah Sang Khalik dapat menggunakan tangan orang lain untuk menolong kita? ~ dikutip dengan sedikit mengurangi kata-kata :)

Have a wonderful life guys,
see ya at the next stories :)
0 komentar:
Posting Komentar