Minggu, 04 Mei 2014

Gizi is Easy: Sekilas tentang Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI)



Terinspirasi dari seorang sahabat yang sedang menikmati masa-masa pemberian MPASI perdana, cerita kali ini akan aku persembahkan khususnya untuk para ibu dan para calon ibu hebat yang sedang dan akan menikmati masa-masa ajaib bersama buah hati tercinta. Selamat menikmati :)


Udah pada tau belum apa itu MPASI?

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizi selain dari Air Susu Ibu (ASI).

Kenapa MPASI mulai dikenalkan pada usia 6 bulan?

Pada 6 bulan pertama usia anak, semua kebutuhan nutrisinya dapat dipenuhi dengan baik melalui pemberian ASI saja, atau yang biasa kita kenal dengan pemberian ASI eksklusif. Tidak ada pemberian makanan lain pada masa ini selain ASI termasuk air putih -- kecuali pemberian oral rehydration solution untuk penanganan dehidrasi atau pemberian vitamin dan atau mineral atau obat-obatan bila benar-benar dibutuhkan.


Apa saja manfaat dari pemberian ASI eksklusif?

Manfaat utama yang diperoleh bayi adalah untuk mencegah infeksi gastrointestinal (infeksi pada saluran dan organ pencernaan). Manfaat lainnya adalah dapat mencegah terjadinya penyakit yang banyak muncul di masa anak-anak seperti diare dan pneumonia (radang paru-paru) serta untuk jangka waktu yang lebih lama dapat mengurangi kemungkinan terjadinya obesitas dan diabetes tipe 2. Selain itu, pemberian ASI secara eksklusif juga dapat mendukung perkembangan motorik bayi.

Selain pada bayi, manfaat pemberian ASI eksklusif juga dapat dirasakan oleh ibu. Ibu yang memberikan ASI eksklusif akan lebih lama masa lactational aminorrhea-nya (masa dimana menstruasi berhenti untuk sementara karena proses menyusui). Kondisi ini dapat dimanfaatkan untuk melakukan penundaan kehamilan secara alami. Selain itu, pemberian ASI eksklusif juga dapat membantu penurunan berat badan pada ibu yang mengalami kelebihan berat badan.


Apa yang akan terjadi jika anak diberikan makanan pada usia yang terlalu dini (kurang dari 6 bulan)?

Pemberian makanan yang terlalu dini pada anak dapat memunculkan banyak masalah karena:
  • Dapat mengurangi asupan ASI
  • Sistem pencernaan bayi belum siap untuk menerima bahan makanan lain selain ASI
  • Terjadi peningkatan risiko anemia pada bayi
  • Terjadi peningkatan risiko eczema (gangguan pada kulit) pada bayi
  • Terjadi peningkatan risiko alergi pada bayi
  • Bayi berisiko tersedak karena belum siap menerima tekstur makanan

Bagaimana agar pemberian MPASI dapat berjalan dengan baik?

Perlu diingat bahwa tugas ibu adalah untuk menyediakan makanan yang tepat untuk anak. Sedangkan akan menjadi tugas anak itu sendiri untuk memutuskan seberapa banyak dia ingin makan. Tugas lain dari ibu adalah untuk membantu keberhasilan anaknya dalam proses pemberian MPASI.

Ada beberapa tips untuk membantu keberhasilan pemberian MPASI, antara lain:
  • Pilihlah bahan makanan yang sesuai dengan usia dan kemampuan anak. Sangat penting untuk memberikan makanan dengan tekstur yang sesuai serta untuk memperkenalkan jenis-jenis makanan tertentu pada usia yang tepat.
  • Berilah makanan kapanpun anak merasa lapar. Beberapa tanda yang dapat dilihat antara lain: 
    • anak menggerak-gerakkan tangan dan kakinya dengan antusias
    • anak berusaha mendekatkan kepalanya ke makanan jika ada makanan
    • anak berusaha untuk meraih makanan
    • anak membuka-buka mulutnya ketika melihat makanan
    • anak menangis
  • Pastikan anak sedang dalam posisi duduk, bukan berbaring. Akan lebih baik jika menggunakan kursi anak sehingga  anak akan dapat mengeksplorasi makanannya sendiri serta untuk mencegah anak tersedak.
  • Jangan meninggalkan anak makan sendirian.
  • Jangan terlalu banyak mengajak anak berbicara karena akan dapt mengalihkan perhatian anak dari makanannya.

Bagaimana memulai pemberian MPASI?

  • Cuci tangan ibu dan anak sebelum memulai pemberian makanan.
  • Ketika memperkenalkan makanan baru pada anak, mulailah hanya dengan satu sendok teh makanan untuk memastikan anak mau menerima makanan tersebut. Kemudian tingkatkan jumlahnya secara bertahap sesuai dengan nafsu makan anak.
  • Berikan hanya satu jenis makanan baru pada satu kali pemberian setidaknya dalam waktu tiga atau empat hari, sehingga anak akan lebih akrab dengan rasa makanan baru tersebut dan ibu bisa melihat apakah makanan baru tersebut berisiko memunculkan alergi pada anak.
  • Bersabarlah dalam memperkenalkan makanan baru pada anak. Jangan memaksakan anak untuk menerima makanan tersebut. Jika anak menolak makanan tersebut, tunggulan beberapa hari dan cobalah lagi untuk memberikan makanan tersebut. terkadang anak perlu untuk mencoba makanan tertentu sampai 10x sebeleum anak bisa menerima makanan tersebut.
  • Ijinkan anak memegang makanannya baik dengan jarinya atau dengan sendok karena anak akan mulai belajar untuk makan sendiri.
  • Jangan memaksa anak untuk makan lebih cepat atau lebih lambat dari yang biasa dia lakukan. Biarkan anak menyelesaikan makannya dengan kecepatannya sendiri. Ingat, tugas ibu adalah menyediakan makanan yang tepat dan membantu proses pemberian makan, sedangkan untuk memakan makanan adalah menjadi tugas anak.
  • Hentikan pemberian makanan jika anak sudah mulai kenyang. Jangan memaksa anak untuk makan terlalu banyak. Anak yang sudah kenyang biasanya akan menutup mulutnya, memalingkan kepalanya, menggeleng-gelengkan kepalanya, atau menangis.

Makanan apa yang sebaiknya diberikan?

  • Berikan variasi makanan sehingga anak akan terbiasa dengan banyak rasa makanan yang berbeda-beda.
  • Hindari penambahan gula dan garam.
  • Untuk pemula, berikan makanan secara terpisah (misal: tidak mencampurkan sayur dan makanan hewani) agar anak dapat mengenali rasa dari masing-masing makanan tersebut.
  • Hindari memberikan makanan olahan yang terlalu manis atau terlau berbumbu.

Apakah akan terjadi perubahan pada proses pencernaan khususnya terkait kebiasaan buang air besar? 


Perubahan yang mungkin terjadi antara lain adalah perubahan warna, ukuran, dan konsistensi tinja, serta frekuensi buang air besar. Perubahan pada proses pencernaan ini merupakan hal yang normal ketika anak mulai dikenalkan dengan makanan-makanan baru.

Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di cerita selanjutnya :)


Rabu, 08 Januari 2014

BI: The Moments that Count


Been a year since the last post, udah banyak yang nanyain ini gabus masih hidup apa enggak, hee.. So, this time I'd like to introduce my new family who have been ngemong and put some more colors to my colorful life for the last three months. Halaman ini spesial buat kaliyaan :D


 
Here we are, dari kanan atas searah jarum jam ada mb Myum, bang Ikhsan, bang Sam, bang Opik, bang Huda, saya, bang Anang, dek Imron, bang Aries, kak Lily, daan kak Didi.



Kesan pertama begitu jaim, selanjutnya. . . *speechless


Purii, the beginning of Pak Lurah story :P


Bu Sri, ibunya anak-anak BI

Awal dari semua kenarsisan, Bu Sri :D


The first walk together, hangout di terminal..


The (so far) longest walk togethet, berburu pemandian air panass,..


Batu is on the go..


Jatim Park, face the fear.. (for me personally, it's more about pecel and tornado :O )

BNS, it wasn't the pasar malam that spectacular, it was US :P


Beat the super heat, Ngoro.. (anggotanya nambah satu, jadi 12)

Sebelum pulang mampir dulu ke LA


Jogjaa, Alkiid :D

Jogjaa lagii, Raminteen :D

Okaii, sekian dulu yak, moga-moga bisa segera nambah lagi moment-momentnyaa. Terima kasih buat abang-abang, kakak-kakak, mbak, dan adek buat semuanyaa. Dan terima kasih masih tetap meramaikan hidup dan nokiyutku sampai detik halaman ini diluncurkan :D

See u soon guys, love u all :D