Kamis, 27 Desember 2012

Gadis Jeruk; Love To Know You, Dad


Setelah membaca buku pertama milik Jostein Gaarder yang berjudul Mistery Soliter (I wrote about it here), aku jadi tertarik untuk membaca karya-karyanya yang lain. Beberapa karyanya udah diterjemahkan ke beberapa bahasa dan bahkan menjadi best seller di beberapa negara. Salah tiganya yang aku pernah tahu sudah diterbitkan di Indonesia adalah Dunia Sophie, Gadis Jeruk, dan Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken. And I don’t really know whether I have some good luck or it’s merely a coincidence – but I’d rather say it’s a luck ‘cause I don’t really know such thing as coincidence – but right after I finished the Solitaire’s Mystery I found out that a certain bookstore I know holds a big sale, and those two of three books were on a very good price. So I decided to get those two. Now, I’m here to share the taste of The Orange Girl, Gadis Jeruk, hope u’ll enjoy it :)

Seperti biasa, dalam novel Gadis Jeruk ini Gaarder masih juga menyisipkan hal-hal yang beraroma filsafat, namun seperti biasa pula, cerita ini diceritakan dalam sudut pandang seorang anak yang kali ini berusia lima belas tahun. Keseluruhan cerita ini dimulai dari paragraf berikut:
“Ayahku meninggal sebelas tahun yang lalu. Waktu itu aku masih berusia empat tahun. Kupikir aku takkan pernah mendengar apa-apa lagi darinya, tapi kini kami sedang bersama-sama menulis sebuah buku.” 

Whew, dari paragraf awalnya saja udah bikin penasaran, bagaimana bisa seorang ayah yang udah meninggal sebelas tahun yang lalu menulis sebuah buku bersama dengan anaknya di masa sekarang. Kira-kira kisah macam apa ya yang ditawarkan Gaarder kali ini :)

“Sofa itu masih ada di situ, tapi ayah tidak lagi duduk di situ.”

Perkenalkan seorang anak bernama Georg Roed, ayahnya meninggal saat ia berusia hampir empat tahun. Georg hampir-hampir tak punya kenangan yang masih dia ingat terkait ayahnya. Sedangkan ibunya telah menikah lagi dan Georg pun punya seorang adik perempuan yang masih bayi. Hingga pada suatu hari, tiba-tiba Georg dikejutkan oleh sebuah surat yang ditulis oleh ayahnya beberapa hari sebelum ayahnya meninggal. Sebuah surat yang saangat panjang, dengan banyak halaman.

“Ibu sering mengatakan bahwa yang paling membuat ayah sedih lebih dari segalanya adalah bahwa dia mungkin akan mati sebelum bisa mengenalku lebih baik.”

“Sesekali kita ingin seseorang membaca tulisan kita empat jam, empat belas hari, atau empat puluh tahun setelah kita menuliskannya.”

Membaca surat ini benar-benar mengguncang Georg. Dalam suratnya, sang ayah ingin menceritakan, atau lebih tepatnya membagi perasaannya dengan Georg yang pada waktu itu masih belum bisa diajak bicara selayaknya. “Apakah kamu sedang duduk dengan nyaman, Georg? Setidaknya kamu mesti duduk dengan punggung yang tegak karena aku akan menyampaikan kepadamu sebuah cerita yang menyedihkan...” Begitulah bunyi pembukaan surat yang dibaca Georg. Hanya beberapa kalimat itu saja sudah cukup membuat Georg linglung, aneh rasanya ketika dia merasa sedang berbincang dengan seseorang yang telah tiada sejak sebelas tahun yang lalu itu.

“Aku mulai mengerti mengapa hantu-hantu itu begitu suka melolong dan menjerit. Itu bukanlah untuk menakut-nakuti keturunan mereka. Melainkan, karena mereka begitu kesulitan bernafas dalam waktu yang bukan waktu mereka.”

“Untuk mengada, kita tidak hanya mendapat jatah tempat. Kita juga punya rentang waktu yang sudah diterapkan.” Ketika membaca kalimat ini, Georg mulai sadar bahwa saat itu ayahnya pun tahu bahwa dia tidak akan lama lagi akan meninggalkan Georg dan ibunya. Dan Georg pun sedikit mulai dapat merasakan kesedihan dan keresahan yang dirasakan ayahnya saat menulis surat itu.

“Orang tua sering kelihatan punya waktu yang lebih banyak daripada anak kecil yang punya seluruh kehidupan di depannya.”

“Apakah dia benar-benar tersenyum kepadaku? Atau, apakah dia tersenyum tentang aku?”

“Dia tampak seperti sebuah tanda tanya hidup.”

“Aku tidak memerhatikan apa-apa pada hari minggu itu, kecuali bahwa si Gadis Jeruk tidak ada di sana. Aku hanya melihat apa yang tidak ada.”

“Sekali lagi aku mendapatkan perasaan euphoria terhadap segala sesuatu di sekitar diriku. Siapakah kita ini, yang hidup di sini? Setiap orang di pelataran itu seperti sebuah harta karun hidup yang penuh dengan pikiran dan kenangan, impian dan keinginan.”

“Bagaimana aku bisa mengenali seekor ulat kecil setelah dia berubah menjadi kupu-kupu?”

“Tapi, jika dua orang asing tidak melakukan hal lain kecuali saling mencari, tidak mengherankan jika mereka akan saling berjumpa secara kebetulan.”

“Kita tidak berbagi masa lalu kita, Jan Olav. Pertanyaannya adalah apakah kita punya masa depan bersama.”

“Tidak ada dua jeruk yang sama, Jan Olav. Bahkan, dua helai rumput pun tidak ada yang sama. Itulah alasan kamu berada di sini sekarang.”

“Kamu tidak datang jauh-jauh ke Sevilla karena ingin bertemu ‘seorang perempuan’. Kalau iya, berarti kamu telah menghadapi kerepotan yang tidak perlu karena seluruh Eropa penuh dengan perempuan. Kamu datang untuk menemuiku, dan hanya ada satu aku. Aku tidak mengirimkan kartu dari Sevilla untuk ‘seorang laki-laki’ Oslo. Aku mengirimkannya kepadamu.”

”Aku tidak memberi komentar apa-apa tentang gambar itu, dan dia pun tidak. Tidak semuanya bisa diungkap dengan kata-kata.”


Begitulah, kutipan-kutipan tersebut sedikit menggambarkan tentang  cerita si Gadis Jeruk yang diceritakan oleh ayah Georg. Pesan yang disampaikan dalam cerita ini cukup menarik Awal kemunculan si Gadis Jeruk membuat kita geleng-geleng kepala, bagaimana seseorang, atau sesuatu, yang baru saja kita kenal dan dalam waktu yang sangat singkat, dapat memunculkan ketertarikan yang luar biasa. Selain itu, cerita tentang si Gadis Jeruk juga menyiratkan bahwa ketika kita benar-benar menginginkan sesuatu, benar-benar mencarinya, dan ketika kita benar-benar percaya, pada akhirnya kita akan dapat menemukan sesuatu tersebut. So, mau tahu cerita lengkapnya? Don’t worry, I won’t tell :P 

Namun, cerita tentang si Gadis Jeruk bukanlah satu-satunya inti yang ingin disampaikan oleh ayah Georg, sebagian surat yang lain berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang sangat ingin ditanyakan oleh ayah Georg. Pertanyaan yang ditujukan kepada Georg saat dia sudah cukup bisa diajak bicara selayaknya. And yes, it’s kinda sad, I mean, there will be some part that u might feel like crying. Bagaimana sedihnya ketika ayah Georg ingin sekali menyampaikan banyak hal pada Georg namun Georg masih terlalu kecil, sedangkan ayah Georg tahu dia tak punya banyak waktu untuk menunggu Georg cukup besar untuk dapat diajak bicara. Namun ayah Georg tetap menjadikan Georg teman terbaiknya, dengan cara menuliskan sebuah surat yang diharapkan akan dibaca Georg saat dia sudah cukup besar.

“Setelah berusia hampir lima belas miliar tahun, barulah alam semesta mendapatkan alat yang sebegitu fundamental seperti mata untuk melihat dirinya sendiri.”

“Jika kita pertimbangkan berat badan tawon, ia mampu mencapai kecepatan ratusan kali lebih unggul daripada jumbo jet. Kami tertawa karena tawon bisa terbang begitu kencang.”

“Lihatlah dunia ini, Georg, lihat dunia ini ketika engkau menjejali dirimu dengan terlalu banyak fisika dan kimia.”

“Jangan katakan bahwa alam ini bukan sebuah mukjizat.”

“Kemudian, akan tiba satu kesempatan terakhir untuk melepas penutup mata, kesempatan terakhir untuk menyerahkan diri pada ketakjuban yang kau beri ucapan selamat jalan dan pergi meninggalkanmu.”

“Aku ingin jadi penulis, seseorang yang merayakan dunia tempat kita hidup ini dengan kata-kata.”

“Aku tidak pernah berhasil menjadi penulis. Akan tetapi, setidaknya, aku sudah menuliskan surat ini untukmu.”

“Tidak banyak yang bisa kamu ingat dari masa di bawah empat tahun.”

“Dalam cara tertentu, kamu mengetahui aku lebih baik dibandingkan banyak orang lain meskipun kita berdua belum pernah bicara selayaknya semenjak kamu berusia empat tahun.”

“Segala sesuatu yang ada hanya ada hingga segalanya berakhir.”

“Salah satu hal yang aku tahu paling cepat menular adalah tawa. Namun, penderitaan pun bisa menular. Berbeda halnya dengan ketakutan. Takut tidak bisa dikomunikasikan semudah tawa atau kesedihan, dan itu baik. Takut hampir merupakan sesuatu yang sangat menyendiri.”

“Barangkali kamu merasakan bahwa sebenarnya bukan aku yang duduk menemanimu. Kamulah yang duduk menemaniku. Kamu sedang menjaga ayah.”

“Kadang-kadang lebih terasa menyakitkan bagi manusia untuk kehilangan sesuatu yang disayanginya daripada tak pernah memilikinya sama sekali.”

“Akan tetapi, impian tentang sesuatu yang tak mungkin, memiliki nama tersendiri. Kita menyebutnya harapan.”

“Ketika aku dan ayah melayang menembus angkasa bersama-sama, dan ayah tiba-tiba menangis, kusadari bahwa tidak ada satu apa pun di dunia ini yang bisa dijadikan sandaran.”

“Aku adalah teman baik Ayah,” kataku, “tapi Ibu adalah cinta sejatinya.”

“Hidup ini singkat bagi mereka yang benar-benar bisa memahami bahwa suatu hari, seluruh dunia ini akan tiba pada titik akhir yang penghabisan.”

“Jika aku tahu bahwa sesuatu berasa luar biasa lezat, aku masih mungkin menolak untuk mencicipinya jika yang ditawarkan kepadaku hanya seberat satu miligram.”

Well, I’m not a good writer, dan mungkin apa yang aku tulis ini masih jauh dari isi buku ini yang sesungguhnya. But I know some authors, and now, just by reading his three books, I declare him to be one of my favourite author. Dari buku Gadis Jeruk ini, ada beberapa hal yang sangat menarik perhatianku. Cerita tentang si Gadis Jeruk benar-benar membuatku penasaran ingin mengetahui bagaimana akhir ceritanya. Tokoh-tokohnya sedikit disamarkan sehingga kita akan keasikan menebak-nebak siapakah para tokoh itu sesungguhnya. Feeling yang disampaikan pun begitu kuat, bagaimana sang ayah sangat ingin Georg mengenalnya lebih dari siapapun, bagaimana sang ayah sangat ingin bersahabat dengan Georg namun terhalang oleh singkatnya waktu hidupnya, serta bagaimana Georg akhirnya mengetahui banyak hal yang cukup membolak-balikkan perasaannya setelah membaca surat dari ayahnya. Dan masih sama seperti buku pertamanya, Misteri Soliter, aku sangat menyukai bagaimana Gaarder memotong-motong idenya, menyebarkannya di beberapa bagian yang terpisah yang pada akhirnya mengerucut dengan sendirinya, dengan sangat rapi; serta bagaimana dia membuat kita asik menebak-nebak siapa adalah siapa dan apa pengaruhnya terhadap siapa. He’s such a smart guy, hee..

Siapakah Gadis Jeruk itu sebenarnya? Pertanyaan apa saja yang harus dijawab Georg? Bagaimana Georg melihat dunia setelah dia membaca surat dari ayahnya? Bagaimana cerita ini akan menginspirasi pemikiran kita pada akhirnya? Want to find the answers of these question already? ;D

And last but not the least, membaca buku ini benar-benar membuatku bersyukur, aku masih memiliki seorang bapak yang hebat, yang masih akan membukakan pintu dan menyambut dengan senyumnya saat aku pulang kerumah. It’s such a priceless blessing. Love u, bapak :)

 “Aku telah mewarisi penyesalan yang dalam ini dari Ayahku, sebuah penyesalan tentang keharusan untuk meninggalkan dunia ini suatu hari.”

“Namun, aku juga telah mewarisi sebuah mata untuk melihat betapa hidup ini sangat fantastis.”

Judul buku : Gadis Jeruk, The Orange Girl, Appelsinpiken
Pengarang : Jostein Gaarder
Penerbit : Mizan
Tebal : 256 halaman


Ada Dua Laut di Palestina; Share The Blessing We Get

"Memberi itu sama artinya dengan memberikan kehidupan bukan saja kepada orang lain, melainkan juga kepada dirimu sendiri." ~ Sean Covey

Yup, gak akan ada abisnya kalo kita ngomongin tentang hal-hal terkait memberi. Sekecil apapun pemberian itu, pasti ada manfaat yang diperoleh baik oleh penerima dan terlebih lagi bagi yang memberi. Setelah dulu sempet mengutip cerita Tongkat Punya Siapa (bisa diintip di sini), beberapa waktu yang lalu aku ketemu lagi nih sama cerita unik tentang memberi. So, here I am sharing it, enjoy :)

Ada dua laut di Palestina. Yang satu segar, dan banyak ikannya. Tepinya kaya dengan kehijauan. Pohon-pohon menjulurkan cabang-cabangnya di atasnya dan juga akarnya yang haus untuk menyerap airnya yang menyembuhkan. 

Sungai Yordan menjadikan laut ini dengan air pegunungan yang berkilauan. Maka tampak tertawa kalau tertimpa sinar matahari. Dan banyak orang membangun rumahnya dekat sungai ini, dan burung membangun sarangnya di pohon dekat sungai ini; dan setiap jenis kehidupan menjadi lebih bahagia berkat sungai ini.

Sungai Yordan mengalir terus ke selatan ke laut lain.

Di laut yang satu ini, tak ada ikan yang berkeriapan, tak ada daun yang melambai, tak ada suara burung berkicau, tak ada tawanya anak-anak. Para pelancong memilih rute lain, kecuali kalau rutenya mendesak. Udara di atas airnya berat, dan baik manusia maupun binatang atau unggas, takkan minum airnya.

Apa sih yang membuat perbedaan  besar di antara kedua laut yang berkedekatan ini? Bukan sungai Yordan. Sungai Yordan mengalirkan air yang sama baiknya ke dalam kedua laut ini. Bukan tanahnya; bukan negara di mana kedua laut ini berada.

Inilah bedanya. Laut Galilea menerima tetapi tidak menahan air dari Sungai Yordan. Untuk setiap tetes yang mengalir ke dalamnya, ada setetes yang mengalir keluar darinya. Memberi dan menerima, berlangsung seimbang.

Laut yang satunya lebih cerdik, menimbun pemasukannya dengan serakah. Sungai ini takkan tergoda oleh dorongan untuk bermurah hati. Setiap tetes yang diterimanya, ditahannya.

Laut Galilea memberi dan hidup. Laut yang satunya  tidak memberi apa-apa. Namanya Laut Mati.

Ada dua tipe orang di dunia. Ada dua laut di Palestina.



Dikutip dari The Man Nobody Knows karya Bruce Barton

Minggu, 16 Desember 2012

Count on Me, What Friends Are For

"Friendship... is not something you learn in school. But if you haven't learned the meaning of friendship, you really haven't learned anything." ~ Muhammad Ali

Tetiba kangen sama para bestie gara-gara nonton video ini. Hmm, love all of ur friends and never take them for granted coz there'll never be the other like them. Suka juga sama videonya, it's cute, selamat menikmati yaa :D


"Count On Me"
[Verse 1:]
Oh uh-huh
If you ever find yourself stuck in the middle of the sea
I'll sail the world to find you
If you ever find yourself lost in the dark and you can't see
I'll be the light to guide you

Find out what we're made of
When we are called to help our friends in need

[Chorus:]
You can count on me like 1, 2, 3
I'll be there
And I know when I need it
I can count on you like 4, 3, 2
You'll be there
'Cause that's what friends are supposed to do, oh yeah
Ooooooh, oooohhh yeah, yeah

[Verse 2:]
If you're tossin' and you're turnin'
And you just can't fall asleep
I'll sing a song beside you
And if you ever forget how much you really mean to me
Every day I will remind you

Oooh
Find out what we're made of
When we are called to help our friends in need

[Chorus:]
You can count on me like 1, 2, 3
I'll be there
And I know when I need it
I can count on you like 4, 3, 2
You'll be there
'Cause that's what friends are supposed to do, oh yeah
Ooooooh, oooohhh yeah, yeah

You'll always have my shoulder when you cry
I'll never let go, never say goodbye
You know...

[Chorus:]
You can count on me like 1, 2, 3
I'll be there
And I know when I need it
I can count on you like 4, 3, 2
You'll be there
'Cause that's what friends are supposed to do, oh yeah
Ooooooh, oooohhh

You can count on me 'cause I can count on you

Sabtu, 15 Desember 2012

The 20th, Thinking Twice Before To Act



This post addresses to dsp, my younger bru who never fails to amaze me. Just as u said before bru, being 20th is about thinking twice before to act, so Happy 20th! Be a better man! The crows, they're not alone, they fly together, means that u'll never be able to live alone, love those people around u, who are there for u, and never take them for granted. But still, there's the biggest one, the one who leads all the way. U too, man, be a leader, a good one, and bring those around you into some direction where u guys can be some bless for others. The control buttons, it represents ur passions, never stop on doing what u have passion on, coz doing that will help u find urself somehow, so, live up ur passions! The symmetrical dsp, no matter how u look at it, it spells dsp, so are u, no matter where u are, whatever people think about u, whatever environment u're in, just be urself, be the dsp. Last, but of course not the least, *coz I love to save the best for the last* I hope u'll love Allah more and more, coz nothing's better than Allah's love when it comes to find some answer, which I know u know better already. Have a superb life, bru!

with so much love as always    


Katanya, A Glimpse of Childhood


"Blessed be childhood, which brings down something of heaven into the midst of our rough earthliness." ~ Henri Frederic Amiel 

 Beberapa waktu yang lalu gak sengaja liat acara lomba menyanyi anak-anak di tv, ada salah satu peserta yang nyanyiin lagunya Trio Kwek Kwek yang berjudul Katanya. Mm, gak begitu inget sih ini lagu rilisnya tahun berapa, cuman inget kalau dulu suka banget nyanyiin lagu ini bareng sodara-sodara sambil joget-joget, hee. Dan baru sadar pas kemarin dengerin liriknya, selama ini hafal banget sih sama liriknya, tapi bener-bener gak sadar kalau ternyata liriknya asyik banget, kayak semacam buku RPUL (Rangkuman Umum Pengetahuan Lengkap) yang dilagukan, hee. Sayang banget, jaman-jaman sekarang ini lagu anak-anak jaraang banget yang yahud, sebagian besar cenderung kurang mendidik dan kurang sesuai dengan usia penikmatnya. Asyik juga sepertinya bernostalgia sejenak dengan lagu ini, happy enjoying :D


Australia negeri wol (katanya.. katanya..)
Aborigin sukunya (katanya.. katanya..)
Bumerang senjatanya (wow wow!)
Kanguru binatangnya

Amrik negeri Paman Sam (katanya.. katanya..)
Super power namanya (katanya.. katanya..)
Chalenger pesawatnya (wow wow!)
Si Rambo jagoannya

Belanda negeri kincir (katanya.. katanya..)
Keju penghasilannya (katanya.. katanya..)
Tulip nama bunganya (wow wow!)
Dam nama bendungannya

Jepang Negeri Sakura (katanya.. katanya..)
Matahari dewanya (katanya.. katanya..)
Samurai senjatanya (wow wow!)
Sumo olahraganya

Reff:
Indonesia negeriku
Orangnya lucu-lucu
Macam-macam budayanya
Indonesia tercinta
Orangnya ramah-ramah
Gemah ripah loh jinawi

(Begini katanya.. begitu katanya..) 3x

Cina nama negerinya (katanya.. katanya..)
Kungfu bela dirinya (katanya.. katanya..)
Semilyar penduduknya (wow wow!)
Paling ngetop temboknya 

Inggris negerinya raja (katanya.. katanya..)
Elizabeth ratunya (katanya.. katanya..)
Di sini Jogjakarta (wow wow!)
Sri Sultan rajanya
n.b: Ini lirik aku dapet dari blog tetangga, mayan keren blognya, buat yang kangen pengen dengerin lagu-lagu yang sejaman dengan lagu ini boleh deh mampir ke sini

Rabu, 12 Desember 2012

Liberta, A Rhythm of A Joyful Dream


“Music . . . can name the unnameable and communicate the unknowable.” ~ Leonard Bernstein

Yup, music is such a universal language, no matter what language the lyric is, good music is good music. And this one song proves that we don't even need to know the language to just enjoy the music. But, if we want to appreciate more, of course we need to understand the meaning. But it's OK either way we choose to enjoy the music, back again, good music is good music, all we need is just to enjoy it. So, happy enjoying :D


Liberta ~ French

Tu sais qu'il y a un bateau qui mene au pays des reves
La-bas ou il fait chaud, ou le ciel n'a pas son pareil
Tu sais qu'au bout cette terre
Oh oui les gens sement
Des milliers d'graines de joie ou pousse ici la haine
On m'avait dit p'tit gars
La-bas on t'enleve tes chaines
On te donne une vie
Sans t'jeter dans l'arene
Comme ici tout petit apres neuf mois a peine
On te plonge dans une vie ou tu perds vite haleine
Alors sans hesiter
J'ai saute dans la mer
Pour rejoindre ce vaisseau
Et voir enfin cette terre
La-bas trop de lumiere
J'ai du fermer les yeux
Mais rien que les odeur
Remplissaient tous mes v?ux

Refrain
I just wanna be free in this way
Vivere per liberta

Alors une petite fille aussi belle que nature
Me pris par la main et m'dis suit cette aventure
On disait meme, oh oui que la mer l'enviait
Que la montagne se courbait pour la laisser passer
Elle m'emmena au loin avec une douceur sans fin
Et ses bouclettes dorees degageaient ce parfum
Qui depuis des annees guidait ce chemin, ton chemin, mon chemin, le chemin
Pour arriver enfin a ces reves d'enfants
Qui n'ont pas de limites comme on a maintenant
J'ai vu des dauphins nager dans un ciel de coton
Ou des fleurs volaient caressant l'horizon
J'ai vu des arbres pousser remplacant les gratte-ciel
J'ai vu au fond de l'eau une nuee d'hirondelles

Liberta ~ English

You know that there is a boat that goes to the land of dreams
Down there where it’s hot, where the sky is marvelous
You know that at in the end this world
Oh yes the people sow
Some millions of seeds of joy where here grows the hatred
I was told it little boy
Down there they remove your chains
They give you a life
Without throwing you in the arena
Like here everything small
You’re plunged into a live where you lose your breath quick
Then without hesitating
I jumped into the sea
To rejoin this vessel
And see at last this world
Down there too many lights
I had to close my eyes
But alone the smells
Were filling all my vows

Refrain
Just wanna be free in my world
Vivere nella liberta

Then a little girl, as beautiful as the nature itself
Took me by the hand and said to me, followed this adventure
They were even saying, oh yes that the sea was envying her
That the mountain bent to let her pass
She took me far away with a gentleness without end
And her browned curls freed that perfume
Who since the years was guiding that way, your way, my way, the way
To arrive finally at those baby dreams
Who don’t have limits like those nowadays
I saw some dolphins swimming in a sky of cotton
Where from the flowers were flying, caressing the horizon
I saw from the trees to grow ??????? [?]
I saw trees growing, replacing the skyscrapers

p.s. You can get this lyric and it's translation here

Misteri Soliter; The Mistery of Joker, The Philosopher of Life


"Aku pasti terlihat seperti sebuah tanda tanya yang hidup"

 Yap, kutipan itulah yang sepertinya sesuai dengan ekspresiku saat pertama kali melihat dan membaca sinopsis buku ini. Sebenarnya aku sedikit enggan sih buat baca ini buku, because most of this book reviews are talking about the philosophy thingy in this book, which, I don't really have any interest in it. Tapi setelah mencicipi beberapa halaman pertama, aku jadi tertarik banget buat nyemil ini buku.

"Aku ingin bangun, tetapi aku terjaga..."

Buku ini bercerita tentang seorang anak laki-laki berumur 12 tahun bernama Hans Thomas yang pergi bersama ayahnya mengelilingi Eropa untuk mencari ibunya yang kabur delapan tahun yang lalu. Dan ya, itulah inti cerita dari buku setebal 448 halaman ini, as simple as that. Yang menarik adalah cerita yang terselip di sela-sela perjalanan anak dan ayah ini. Nah, selipan ceritanya itu dibikin dalam bentuk metafiksi, yaitu cerita dalam cerita dalam cerita dalam cerita, mm, buat yang pernah nonton filmnya Leonardo Di Caprio yang Inception pasti udah punya bayangan alurnya seperti apa. Menarik, terlebih lagi menantang, alur ceritanya benar-benar bikin kita penasaran sekaligus gemes, karena kadang kita dibikin bingung kita sedang ada di bagian cerita yang mana. Tapi pengarang sedikit membantu kita dengan memperkenalkan keseluruhan tokoh di awal cerita, so at least we don't get lost much. Aku gak akan banyak membahas tentang bocoran ceritanya, biar pada penasaran, hehe. I'll just tell you about the taste of this book, so enjoy :D

"Filsuf artinya orang yang mencari kebijakan. Akan tetapi bukan berarti bahwa para filsuf memang bijak."

Ngomong-ngomong soal filsuf, buku ini ditulis oleh seorang mantan guru filsafat, dan memang buku ini banyak menonjolkan sisi filosofisnya, but no need to worry, penulis buku ini juga sering menulis buku untuk anak-anak, dan ia senang menggunakan sudut pandang anak-anak dalam beberapa tulisannya, termasuk Misteri Soliter ini, jadii, kita bisa tetap dengan mudah menikmati sajian-sajian filosofisnya.

"Socrates dengan lantang berkata pada dirinya bahwa ia hanya tahu satu hal - yakni bahwa ia tidak tahu apa-apa."

Tentang selipan ceritanya, pertama-tama kita akan dibikin bingung dengan kemunculan beberapa tokoh yang cukup aneh, dan disinilah kita akan diajak menikmati permainan imajinasi penulis, kita diajak merangkai sendiri bayangan bentuk tokoh-tokoh yang absurd. But it's fun, kita akan langsung berkenalan dengan 52 tokoh sekaligus, yap, sekaligus, beserta penampakan fisik dan sifat masing-masing, di mana satu tokohnya memiliki penampakan dan kepribadian yang sangat jauh dari kelimapuluh satu yang lain. Any guess who these 52 characters are? Kelimapuluh dua tokoh inilah yang akan menemani di sepanjang perjalanan Hans Thomas, dan kita tentunya, dan menjadikan cerita ini tak hanya sekedar cerita petualangan biasa.
 
"Aku harus bilang bahwa orang yang paling bijak adalah orang yang tak memberi kesan tahu lebih banyak dari yang sebenarnya ia ketahui."

Yap, benar sekali, kelimapuluh dua tokoh tersebut adalah satu set kartu remi, yang dalam cerita ini akan memainkan permainan soliter. Bukan permainan soliter seperti yang biasa kita mainkan sih, lebih ke masing-masing kartu memerankan perannya seperti dalam permainan soliter. Kecuali joker yang menurutku sangat unik perannya, yang always and always bertanya tentang segala hal.

"Saat kau sadar bahwa ada sesuatu yang tak kau pahami, biasanya kau telah berada di jalan yang benar untuk memahami segala sesuatu."

Dan jangan kaget, awal kita membaca alur cerita lapis kedua, dari cerita yang berlapis-lapis ini, kita mungkin akan mengerutkan dahi, cerita awalnya benar-benar aneh, disisipi beberapa kalimat yang, gak gitu nyambung. Tapi siapa sangka, dari kisah yang aneh itu bisa mengerucut membentuk sebuah akhir cerita yang cukup mengagumkan. Dan aku salut terhadap bagaimana penulis dapat memetakan idenya sedemikian rupa, bagaimanay dia membongkar dan memotong-motong idenya menjadi beberapa bagian, dan kemudian menyatukannya dengan cukup manis dan tak terduga.

"Kita adalah makhluk yang akan musnah. Tapi tidak demikian dengan mimpi-mimpi kita. Mereka bisa hidup dalam benak orang lain biarpun kita telah tiada."

Yang menarik lagi, cerita ini berawal bahkan 150 tahun sebelum Hans Thomas lahir, yang kemudian diceritakan kembali, diceritakan kembali, dan diceritakan kembali sampai pada akhirnya cerita ini sampai kepada Hans Thomas. Dan kalau kita kurang cermat membaca, kita bisa tersesat di salah satu alaur dan tiba-tiba kebingungan sedang berada di alur yang mana, when it happens, just read back the introduction pages, and you'll be back to the right track *berdasarkan pengalaman* :P

"Orang melihat apa yang ia yakini.."

Ada bagian yang bikin gregetan juga, yaitu saat Hans Thomas sendiri kebingungan dengan cerita yang dinikmatinya. Nah lho, tokoh utamanya aja sampe bingung, apalagi kita, hehe, tapi ada asiknya juga sih, di sini kita jadi punya kesempatan untuk menginterpretasikan cerita berdasarkan pemahaman kita sendiri. Jadi bisa jadi, bahkan sangat mungkin, setiap dari kita akan memberi kesimpulan yang beda-beda untuk cerita ini.

"Takdir itu seperti bongkol kembang kol yang tumbuh sama panjang ke segala arah."

Mm, kasih bocoran dikit deh, cerita ini berakhir bahagia lho, but it's not the point, really, u have to read the whole book to enjoy the taste and to get the feeling, it's not something u can just get by reading other's opinion, so, udah pada makin penasaran dan pengen baca belum yah?
"Seseorang yang mengetahui takdirnya harus menjalaninya."

Mm, kasih bonus bocoran ah, here for u I'll share the introduction of this book, boleh dikira-kira gimana alur cerita sebenarnya, selamat berimajinasi :)

Akan Kau Jumpai dalam Buku Ini
Hans Thomas, yang membaca sebuah buku mungil dalam perjalanan menuju kampung halaman para filsuf.
Ayah, yang dibesarkan di Arendal sebagai anak haram seorang serdadu Jerman sebelum kabur dari rumah untuk menjadi pelaut.
Bunda, yang tersesat di dunia mode.
Line, nenek Hans Thomas.
Kakek, yang pernah dikirim ke daerah pertempuran sebelah timur di tahun 1944
Kurcaci, yang memberi Hans Thomas sebuah kaca pembesar.
Tukang roti tua, yang memberi Hans Thomas minuman soda dan empat potong kue dalam sebuah kantong kertas.
Seorang peramal dan anak perempuannya yang amat cantik,
seorang perempuan Amerika yang kepribadiannya terbelah dua,
seorang agen mode Yunani,
seorang peneliti otak dari Rusia,
Socrates,
Raja Oedipus,
Plato,
dan seorang pelayan yang cerewet.

Akan Kau Jumpai dalam Buku Mungil
Ludwig, yang melintasi gunung untuk pergi ke Dorf di tahun 1946,
Albert, yang tumbuh sebagai anak yatim piatu setelah ibunya meninggal dunia,
Tukang Roti Hans, yang kapalnya karam di tahun 1842 saat hendak pergi ke Rotterdam dan New York sebelum tinggal di Dorf sebagai seorang tukang roti,
Frode, yang mengalami kecelakaan kapal barang perak yang besar di tahun 1790 saat akan menuju Spanyol dari Meksiko.
Petani Fritz Andre dan penjaga toko Heinrich Albrechts,
52 kartu remi, termasuk As Hati, Pangeran Wajik, dan Raja Hati,
Joker, yang tahu teramat dalam dan terlalu banyak.

"Kau tak dapat menghindari waktu... Waktu mengikuti setiap langkah kita karena segala sesuatu di sekitar kita terbenam dalam kesementaraan ini."

Judul             : Misteri Soliter ~ The Solitaire Mystery ~ Kabalmysteriet
Pengarang     : Jostein Gaarder
Penerbit        : Jalasutra
Dimensi         : 448 halaman, 12 x 19 cm


Kamis, 29 November 2012

Museum Ullen Sentalu Jogja, The Art of History

Para penggemar Jogja, pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah Kaliurang, tempat yang sering banget jadi incaran wisatawan maupun warga Jogja sendiri. Wilayahnya yang terletak di dataran tinggi membuatnya terkenal akan udaranya yang sejuk serta tempat wisata dan tempat-tempat penginapan yang laris manis tiap weekend atau hari libur nasional. What about Ullen Sentalu Museum? Any heard of it?

Museum yang terletak di wilayah Kaliurang ini, based on my opinion, merupakan salah satu tempat yang wajib masuk daftar wajib kunjung ketika kita maen-maen ke Jogja. Museum ini didirikan dengan tujuan untuk melestarikan seni dan budaya Jawa khususnya yang berkaitan dengan keraton Jogja dan keraton Solo. Kira-kira apa ya yang menarik dan berbeda dari museum ini jika dibandingkan dengan museum-museum lainnya??

Pertama kali datang ke museum ini kita sudah disambut sama papan informasi yang dari jauh aja udah berasa horor, hee..

Pertama kali sampai di pintu masuk museum ini yang lewat dipikiran adalah 'whew, so cool..' Jadi, museum ini letaknya bener-bener di tengah hutan, dari luar yang kelihatan adalah bangunan-bangunan unik yang terselip diantara rimbunnya pepohoonan dan akar-akar gantung yang bener-bener  lebat. Eh iya, tiket masuk ke museum ini Rp 25.000 aja, berasa lumayan murah jika kita udah menjelajah keseluruhan museum.

Museum ini terdiri dari beberapa bangunan, tiap-tiap bangunan memamerkan karya-karya seni tertentu. Well, aku sendiri tidak begitu hapal nama-nama bangunan dan jenis karya seni yang dipamerkan di masing-masing bangunan, mm, coba deh buka di sini untuk informasi detail museumnya. Banyak banget karya seni yang dipamerkan di museum ini, mulai dari perangkat gamelan, lukisan-lukisan, patung-patung modern, arca peninggalan jaman kerajaan lampau, batik-batik tenun asli milik keraton yang usianya udah lebih tua dari kita-kita, bahkan bentuk dan desain dari masing-masing bangunan pun merupakan sesuatu yang bisa dipamerkan.

Banyak banget yang menarik perhatianku di museum ini. Mulai dari bangunan, ada bangunan yang dibangun di bawah tanah dan berbentuk seperti gua karena harus mengikuti kontur tanah, ada bangunan yang dibangun di atas kolam-kolam air, ada pula bangunan yang dibangun secara 'normal', yang semuanya mempunyai desain yang sangat menarik dan memberikan feeling tersendiri bagi siapapun yang memasukinya.

Berikutnya adalah lukisan. Lukisan-lukisan yang ada di museum ini dibuat berdasarkan beberapa potret asli milik keraton dan kita bisa memperoleh cerita-cerita menarik dibalik lukisan-lukisan tersebut dari guide yang menemani kita berkeliling, kebanyakan dari lukisan-lukisan tersebut bercerita tentang silsilah keluarga keraton, tokoh-tokoh yang menonjol, adat istiadat keraton, serta penjelasan dari simbol-simbol yang sering digunakan di kalangan keraton.

Lanjut ke batik. Batik-batik yang dipamerkan di sini adalah batik-batik asli yang kebanyakan ditenun sendiri oleh keluarga keraton dan dinamai dengan nama penenunnya, tinta tenunnya pun bukan sembarang tinta, tinta yang digunakan adalah tinta khusus yang terbuat dari tanaman khusus yang hanya ditanam di dalam keraton. Dari koleksi-koleksi batik yang ada, kita dapat membedakan antara motif batik milik Keraton Jogja dan motif batik milik Keraton Solo. Selain itu, kita juga dapat membedakan antara motif-motif yang hanya boleh dipakai oleh keluarga keraton dengan motif batik yang boleh dipakai oleh kalangan rakyat biasa.

Ok then, now it's time to take little a tour, mari berjalan-jalan lewat beberapa foto yang sempat tertangkap di bawah ini. And when I said a little tour earlier I really mean it, foto-foto di bawah ini hanyalah foto-foto pada area yang diperbolehkan untuk melakukan dokumentasi. So, buat yang pengen tur lengkapnya sok atuh mampir langsung ke TKP, happy enjoying anyway :)

 
The first hall. Ini adalah penampakan ruangan pertama yang akan kita masuki. Pada dinding-dindingnya terpajang beberapa lukisan sosok-sosok anggota kerajaan serta beberapa silsilah keluarga.



Tempat peristirahatan. Setelah memasuki beberapa ruangan, kita akan berhenti pada area peristirahatan ini. Di sini kita bisa memanfaatkan kesempatan untuk sekedar duduk-duduk, berfoto, atau sekedar mengamati sekeliling.

Ramuan rahasia Ratu Mas. Nah, ini dia nih, yang khas pula dari museum ini. Di tempat peristirahatan kita akan disuguhi minuman secara gratis. Any idea what kind of drink it is? Yap, namanya adalah ramuan rahasia Ratu Mas. Dulunya Ratu Mas rutin menyuguhkan minuman ini untuk suaminya (and I'm really sorry I just can't recall the name of the king). Ramuan ini dipercaya dapat meningkatkan daya tahan tubuh sehingga sang sultan tetap sehat dan bugar ditengah kesibukannya menjalankan tugas kekeratonannya. Well, we don't really know what does it exactly consist of, kalau dari rasanya sih berasa ada rasa jahe, gula merah, asam, dan daun pandan. Tapi emang yahud sih rasanya, hangat dan menggelitik lidah, such a great heritage.


Ini dia nih, beberapa arca yang juga menjadi koleksi museum ini. Diperoleh dari beberapa situs bersejarah di Indonesia. Dan tidak semua merupakan arca yang lengkap, ada yang sudah terpotong dan hilang beberapa bagiannya. What good is, penataan arca-arca ini dilakukan sedemikian rupa sehingga koridornya terlihat indah dan menarik dengan gabungan arca yang dipajang dengan gaya koridor yang kokoh dan terkesan modern. Nb: hati-hati terhadap kaca transparan yang dipasang mengelilingi koridor, gak kelihatan menn, bening :D

And finally, foto-foto di bawah ini diambil saat kita otw menuju pintu keluar dari museum ini, keren, gak cuman bernuansa kehutan-hutanan, tapi juga dilengkapi dengan bangunan-bangunan dari batu yang bikin tambah adem suasana. Last but not least, di museum ini disediakan pula resto lengkap dengan toko oleh-olehnya, tapi sayang gak sempet mampir, hee.. So, are you ready to come by, guys :D











Jumat, 07 September 2012

Berjalan ke Barat Waktu Pagi Hari, The Beauty of Words

Iseng-iseng browsing folder file lama, jaman-jaman masih SMA, nemu deh beberapa file yang aku sendiri hampir lupa pernah masukin file-file itu ke memory si toshiblue. Setelah sedikit berkonsentrasi untuk mengingat-ingat asal mula file-file itu, I finally got it, file-file itu bermula dari tugas-tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia. Adalah file-file yang berisi contoh-contoh karya sastra yang tetiba menarik perhatianku. Well, aku bukan orang sastra, pengetahuanku tentang sastra juga cuma sebatas materi-materi jaman SMP-SMA yang itupun juga gak semuanya masih nyantol di memori, hee, but I just love to read. So far, reading never be a waste for me, apapun itu bentuk bacaannya. Jadi inget, Pak Ary Ginanjar-nya ESQ pernah bilang di salah satu testimoninya di sebuah buku, "Tidak ada sahabat dan teman yang lebih baik daripada sebuah buku, dia tidak pernah mengeluh, tidak pernah menuntut, bersamanya penuh kenangan membawa kebermanfaatan.", begitulah, buatku yang namanya membaca itu pasti ada manfaatnya, apapun itu.

Balik lagi ke file-file contoh karya sastra yang tersimpan di folderku, aku pun ketemu sama beberapa puisi karya Sapardi Djoko Damono, beberapa menarik, beberapa, jujur, aku gak begitu paham isinya, hee.. So here I want to share some that I find it interesting. Selamat menikmati :)

Berjalan ke Barat Waktu Pagi Hari
waktu berjalan ke barat di waktu pagi hari matahari mengikutiku di belakang
aku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri yang memanjang di depan
aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang telah menciptakan bayang-bayang
aku dan bayang-bayang tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang harus berjalan di depan

Sihir Hujan
Hujan mengenal baik pohon, jalan, dan selokan
-- swaranya bisa dibeda-bedakan;
kau akan mendengarnya meski sudah kaututup pintu dan jendela.
Meskipun sudah kau matikan lampu.

Hujan, yang tahu benar membeda-bedakan, telah jatuh di pohon, jalan, dan selokan
- - menyihirmu agar sama sekali tak sempat mengaduh
waktu menangkap wahyu yang harus kaurahasiakan.

Aku Ingin
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.

Selamat Pagi Indonesia
selamat pagi, Indonesia, seekor burung mungil mengangguk dan menyanyi kecil buatmu.
aku pun sudah selesai, tinggal mengenakan sepatu,
dan kemudian pergi untuk mewujudkan setiaku padamu dalam kerja yang sederhana;
bibirku tak biasa mengucapkan kata-kata yang sukar
dan tanganku terlalu kurus untuk mengacu terkepal.
selalu kujumpai kau di wajah anak-anak sekolah,
di mata para perempuan yang sabar,
di telapak tangan yang membatu para pekerja jalanan;
kami telah bersahabat dengan kenyataan untuk diam-diam mencintaimu.
pada suatu hari tentu kukerjakan sesuatu agar tak sia-sia kau melahirkanku.
seekor ayam jantan menegak, dan menjeritkan salam padamu,
kubayangkan sehelai bendera berkibar di sayapnya.
aku pun pergi bekerja, menaklukan kejemuan, merubuhkan kesangsian,
dan menyusun batu-demi batu ketabahan,
benteng kemerdekaanmu pada setiap matahari terbit,
o anak jaman yang megah,
biarkan aku memandang ke Timur untuk mengenangmu
wajah-wajah yang penuh anak-anak sekolah berkilat,
para perepuan menyalakan api,
dan di telapak tangan para lelaki yang tabah
telah hancur kristal-kristal dusta, khianat dan pura-pura.
Selamat pagi, Indonesia, seekor burung kecil memberi salam kepada si anak kecil;
terasa benar : aku tak lain milikmu

Di Atas Batu
ia duduk di atas batu dan melempar-lemparkan kerikil ke tengah kali
ia gerak-gerakkan kaki-kakinya di air sehingga memercik ke sana ke mari
ia pandang sekeliling : matahari yang hilang - timbul di sela goyang daun-daunan, jalan setapak yang mendaki tebing kali, beberapa ekor capung
-- ia ingin yakin bahwa benar-benar berada di sini

Satu lagi nih yang menurutku menarik, puisi karya Michael Augustine yang udah diterjemahkan dari bahasa Jerman ke bahasa Indonesia, here it is :)

Aku Iba
Aku iba
Pada orang berjaket merah
Yang selama dua puluh lima tahun terakhir
Merindukan sebuah jaket biru
Namun selalu dan selalu membeli
Jaket merah bagi dirinya sendiri

Aku iba
pada musim dingin
yang tak akan menyaksikan musim panas

Aku iba
pada anak-anak kecil itu
yang pada diri mereka
kedewasaan sudah mulai mengintai

Aku iba
pada kata sia-sia
yang akan selamanya jadi sia-sia

Aku iba
pada pertanyaan
yang setiap orang, hingga orang terakhir
merasa tahu benar jawabannya

Aku iba
pada romo itu
yang tiba-tiba lupa kata amin
sehingga terpaksa terus berkhotbah
hingga kiamat

Aku iba
pada pengejar kebahagiaan
yang tanpa dia ketahui
telah dimilikinya sejak lama
dan tak juga menyadari
bahwa segala kebahagiaan akan sirna

Aku iba
pada gema yang sekali saja
ingin menjadi suara yang utama

Aku iba
pada puncak lelucon
yang selalu baru boleh tampil terakhir

Aku iba
pada sarung tangan kedua
dari si lengan satu

Aku iba pada keseriusan
yang disangka setiap orang
sebagai mainan

Aku iba
pada masa depan
yang tiap detik
kian mengangsut
dan membuat masa lalu
makin membesar

Aku iba
pada cermin di kamar mandi
yang tiap pagi terkejut ngeri
saat kubercermin padanya

Aku iba
pada paralel
yang pasti akan tabrakan
di ketidakberhinggaan

Aku iba
pada sajak ini