Tachiyomi, apa itu tachiyomi yah ^^?
Well, after having a crush doing this thing for a long time, I finally
figure something out, that somewhere in east Asia, there's a term
describing this thing, and that's tachiyomi. Jadi, cerita ini berawal
dari sebuah hobi lama yang paling sering berjasa, lebih tepatnya paling
sering berjasa kedua setelah snacking, menyelamatkanku dari rasa bosan, hobi apakah itu? This picture below will lead u to the answer.
Yap,
that's it, tachiyomi dalam bahasa Jepang berarti membaca buku atau
majalah langsung dari raknya, atau lebih tepatnya langsung dari rak
tokonya, tanpa membeli. Dulu, pas awal-awal jatuh cinta sama toko buku,
melakukan tachiyomi masih diiringi dengan perasaan malu-malu, apalagi
saat melangkah keluar dari toko buku dengan tangan hampa, rasanya
seperti melakukan sesuatu yang ilegal, semacam merasa bersalah. Tapi
lama kelamaan, perasaan malu-malu itu menguap begitu saja, hee, kalah
telak sama asiknya tachiyomi itu sendiri. Bagi yang juga hobi tachiyomi
pasti tahu, sekali kita asik 'mencicipi' satu atau beberapa buku rasanya
kayak udah lupa daratan, hee, bisa lupa waktu, lupa kalau lagi sama
temen, dan yang paling gak enak adalah lupa kalau udah kelamaan
berdirinya, pegel puoll..
Eh, tapi
kalau tachiyomi nya model kayak gini asik juga kali yah, gak capek,
paling-paling cuma jadi korban lirikan mata pengunjung lain,hee..
So,
back to the topic, jadi yang namanya tachiyomi ini ternyata udah jadi
semacam budaya gitu kalau di Jepang, orang-orang Jepang dari segala
usia, baik laki-laki maupun perempuan, baik yang masih sekolah ataupun
yang udah kerja, kebanyakan turut serta melestarikan 'budaya' tachiyomi
ini. Mm, belum pernah maen ke Jepang sih *hope someday I will* tapi
bagi yang suka baca manga, nonton dorama atau anime, pasti tidak asing dengan budaya
yang satu ini. Kalau di Indonesia, atau mungkin di negara-negara lain
kebanyakan, mungkin masih berasa aneh doing thing like this, mampir toko
buku -> baca buku atau komik atau majalah sampai selesai ->
pulang, pasti ada rasa sungkan, entah itu sedikit atau banyak tergantung
tebal kulit muka masing-masing,hee.. Apalagi di kebanyakan toko buku
hanya disediakan 'tester' untuk buku-buku tertentu, untuk komik atau
majalah yang bisa abis sekali baca pasti tersegel dengan cantiknya
dengan peringatan tak tertulis "membuka segel berarti membeli". Berbeda
dengan di Jepang, toko-toko buku menyediakan 'tester' baik itu buku,
komik, ataupun majalah. Dan dari beberapa blog yang aku baca, toko-toko
buku justru dengan sengaja menaruh tester-tester tersebut di dekat
jendela, agar ketika 'kegiatan' tachiyomi ini berlangsung, dapat
menimbulkan kesan bahwa toko tersebut ramai sehingga mengundang calon
pengunjung yang lain untuk mampir.
Hmm, menarik memang, melihat begitu banyak orang get drown reading, bikin tergoda untuk bergabung sama orang-orang itu.
Tapi memang, jika kita melihat karakteristik orang Jepang itu sendiri, tidak heran kalau tachiyomi bisa menjadi begitu populer, menjadi suatu budaya, dan bahkan mendapatkan namanya sendiri, tachiyomi, sebuah istilah yang mungkin tidak ada di kamus bahasa lain.
Dokusho wo nani? (What are u reading?)
Anw, for me, orang yang 'menemukan' istilah tachiyomi pasti sangatlah keren, hee, karena dengan adanya istilah tachiyomi aku jadi tidak perlu menyebut hobiku dengan stand.up reading, well, who needs to stand up when there's a place like this *tapi kapan yah toko-toko buku lokal berevolusi jadi kayak gini ^^?*
So, tanpa bermaksud merugikan pihak toko buku, semoga semakin banyak
orang yang jatuh cinta sama tachiyomi, karena dengan semakin banyaknya
pecinta tachiyomi, berarti semakin meningkat pula kesadaran orang-orang
terhadap 'asik'nya membaca, dan kalau udah gitu pasti tambah laris juga
kok toko bukunya, hee.. Reading is like we open up our mind as wide as
possible for the world, we may not know what we get after we read
something, but somehow we'll find something new :)
Like it. Interesting post.
BalasHapusBtw, dulu waktu aku kecil di Gramedia Jl Sudirman Jogja suka disediain sofa kalo hari Minggu. Tapi kalo pas bukan hari Minggu sofanya diumpetin.
Tapi sekarang udah disediain lagi tempat duduk walaupun tanpa sandaran punggung di Gramedia (Ambarukmo Plasa). Tapi walaupun udah disediakan tempat duduk, ga selalu terisi penuh tuh, describes: masyarakat Indonesia masih sedikit yang menggemari Tchiyomi, walaupun sudah difasilitasi.
wah,maturnuwun :)
BalasHapusiya sih,di Gramedia sini juga ada beberapa kursi yang tanpa sandaran gitu,tapi biasanya malah penuhnya ma ibu-ibu yg lagi nungguin anak-anaknya gt,g pernah kebagian tempat..