Selasa, 28 Februari 2012

Negeri 5 Menara, Man Jadda Wa Jada


Man Jadda Wa Jada, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil, sekilas kalimat ini sering kali kita dengar di kehidupan sehari-hari, sangat tidak asing bukan? Few times ago, I accidentally listened to a song on a radio, a new one, the music was nice and the lyric was so full of spirit. Being curious, aku pun akhirnya searching tuh lagu di youtube. Ini dia nih lagunya..


Dan ternyata lagu ini adalah salah satu original soundtrack untuk sebuah film yang berjudul Negeri 5 Menara. Sangat tidak asing, film ini diangkat dari sebuah novel dengan judul yang sama, yang merupakan buku pertama dari trilogi Negeri 5 Menara oleh Ahmad Fuadi. Buku ini sudah sering jadi korban standup reading dan bahkan sudah masuk waiting listku, that's why begitu tahu ini buku bakal difilmkan dalam waktu dekat, langsung rela deh bertahan sementara gak jajan buat beli ini buku. Pengen nyelesaiin baca bukunya sebelum nonton filmnya.


Nah, kali ini aku pengen share dikit tentang buku ini, yah, itung-itung buat bekal bagi yang pengen nonton filmnya :) Buku ini bercerita tentang Alif, seorang anak Minang, yang bercita-cita ingin menjadi seperti Habibie. Hidupnya berubah ketika Amak, panggilan Alif untuk ibunya, memintanya untuk melanjutkan ke sekolah agama setelah dia lulus dari madrasah tsanawiyah, sekolah setingkat SMP. Suka cita kelulusan tiba-tiba blur, hatinya begitu kuat membisikkan keinginan untuk melanjutkan sekolah ke SMA terbaik di Bukittinggi dan kemudian masuk ITB untuk mewujudkan cita-citanya menjadi seperti seorang Habibie. Namun sebagian hati yang lain tidak sanggup melawan cita-cita Amak yang sangat ingin anaknya menjadi pemimpin agama yang hebat dan berpengetahuan luas, yang berjuang untuk kepentingan agama.



Singkat cerita, Alif pun kemudian dengan setengah hati memutuskan untuk menuntut ilmu di sebuah pondok di sebuah desa di pedalaman pulau Jawa. Dari sinilah Alif memulai kisah barunya, hari demi hari dilaluinya dengan bermacam-macam perasaan, mulai dari keresahan yang dirasakan saat masih harus beradaptasi dengan lingkungan PM, Pondok Madani, kekagumannya terhadap sosok-sosok yang dia kenal di PM, suka cita bertemu dengan teman-teman baru yang berasal dari berbagai daerah, hingga rasa ragu yang sesekali memberatkan hatinya, ragu apakah keputusannya untuk masuk PM adalah keputusan yang terbaik. Di PM pulalah Alif mulai mengenal mantra sakti man jadda wa jada, menemukan sahabat-sahabat terbaiknya sahibul menara, hingga memimpikan benua impiannya.
 

Banyak hal yang menarik yang dapat dinikmati dari buku ini. Cerita tentang kehidupan di dalam pondok dijabarkan secara mendetail namun dengan gaya bahasa yang ringan, sangat menarik untuk diikuti, dan gak jarang bikin kita yang baca jadi merasa ikut terbawa suasana. Bahasa Arab dan Bahasa Inggris sesekali dituliskan dalam percakapan-percakapan antar tokoh. Banyak juga pesan-pesan moral yang ditonjolkan di masing-masing bab di buku ini, disisipkan dengan manis sehingga tetap mengalir halus bersama alur ceritanya. Judul Negeri 5 Menara sendiri menggambarkan lima tempat yang sangat diimpikan oleh para anggota sahibul menara, yang mana pada akhirnya keenam sahabat tersebut pun berhasil meraih mimpinya untuk menjejakkan kaki dan menuntut ilmu di kelima tempat di berbagai benua tersebut. So inspirative, kesimpulan yang menarik dari semua cerita yang ada di buku ini adalah: jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apapun itu, sungguh, Tuhan Maha Mendengar. 


Hmm, sekarang tinggal gak sabar buat nonton filmnya nih, gak lupa juga buat lanjut baca buku keduanya, Ranah 3 Warna, yang sekarang masih ngantri di waiting list, moga cepet dapet rezeki buat narik tu buku dari antrian *mengamini dengan sepenuh hati*. Reading is fun, it somehow opens my mind in some ways, I think that's why I'm so fall into it. Yeah, life itself is fun for sure :)

Kamis, 16 Februari 2012

Rupa-Rupa Cokelat, Where the Bitter and the Sweet Meet

I love chocolate, well, who doesn't :) The bitter-sweet taste, the melting sensation, the moodbooster effect, can be one or reasons for someone to just fall for chocolate. Hmm, lagi pengen banget makan cokelat, tapi lagi gak ada persediaan, and u have to pay a fine price to get some fine chocolate, soo, daripada linglung ngeliatiin gambar-gambar cokelat yang juga bikin hujan saliva, I feel like to share a few things bout chocolate, mm, bikin tambah ngiler sih, tapi at least kalau ada yang baca jadi bikin ngilernya gak sendirian ;)

Ok, yang pengen aku ceritain kali ini adalah tentang macam-macamnya cokelat, moga bisa jadi pertimbangan buat para penggemar cokelat buat lebih bijak memilih, biar gak cuman jago manjain lidah aja, tapi juga biar bisa sekalian ambil manfaatnya. Here they are..

 Cokelat Bubuk (Cocoa)
Dibuat dari bubur coklat (chocolate liquor) - hasil penggilingan biji kakao - dengan menghilangkan sebagian besar lemaknya hingga tinggal 18-23 persen. Ada dua jenis cokelat bubuk yaitu yang warnanya cokelat pekat dan cokelat pucat. Cokelat bubuk yang warnanya pekat telah mengalami proses alkalinisasi (alkalizing), sedangkan yang warnanya pucat tidak. Meskipun citra rasanya menjadi lebih kuat, proses alkalinisasi akan mengurangi kandungan antioksidan karena flavonoid rusak selama proses ini.



Cokelat Pahit  (Bitter Chocolate)
Produk ini mengandung coklat murni, tanpa tambahan apapun. Banyak dimanfaatkan untuk campuran kue, sehingga sering disebut baking chocolate. Karena sama sekali belum ditambahi gula, coklat ini juga sering disebut unsweetened chocolate. Padatan cokelat ini merupakan bahan baku untuk berbagai jenis cokelat masak.

Cokelat Pekat (Dark Chocolate)
Dikenal juga dengan nama plain chocolate. Warna dan aromanya paling pekat. Rasanya tidak begitu manis. Mengandung sedikitnya 70-80 persen cokelat murni. Karena kandungan cokelat murninya tinggi, dark chocolate kaya akan flavonoid epicathechin dan asam galat yang bermanfaat bagi kesehatan jantung.



Cokelat Susu (Milk Chocolate)
Merupakan semisweet chocolate yang ditambahkan gula dan susu. Lebih banyak mengandung susu daripada padatan cokelat. Cokelat jenis inilah yang menjadi bahan dasar cokelat manis batangan (chocolate bar). Kandungan lemaknya meningkat akibat tambahan lemak dari susu.


Cokelat Putih (White Chocholate)
Sebenarnya produk ini tak layak menyandang nama cokelat, karena sama sekali tidak mengandung cokelat. Cokelat putih terbuat dari campuran gula, susu, lesitin, vanila, dan lemak cokelat. Bahkan seringkali bukan lemak cokelat yang dimasukkan, tetapi lemak nabati lainnya karena lemak cokelat cukup mahal harganya. Cokelat putih sama sekali tidak mengandung manfaat sehat cokelat, justru berlimpah akan lemak.


Cokelat Masak (Cooking Chocolate)
Cokelat batangan yang juga disebut chocolate compound ini paling sering dimanfaatkan sebagai bahan dasar kue dan cake, dilelehkan untuk lapisan cake (couverture), dan campuran minuman cokelat panas. Cokelat masak dibagi menjadi dua jenis yaitu:




Cokelat agak manis (semisweet/bittersweet chocolate)
Nama lainnya adalah dark cooking chocolate, alias cokelat masak pekat. Semisweet chocolate terbuat dari dark chocolate yang dibubuhi sedikit gula. Sedangkan bittersweet chocolate terbuat dari bubur cokelat yang lebih banyak mengandung lemak cokelat (cocoa butter) dan ditambahkan vanila serta lesitin. Rasanya lebih pahit dari semisweet chocolate karena mengandung lebih sedikit gula. Banyak digunakan sebagai campuran kue kering dan cake.
Cokelat manis (sweet chocolate)
Dibandingkan semisweet chocolate, kandungan lemak cokelatnya relatif sama banyaknya, tapi gula yang dibubuhkan lebih banyak. biasanya dimanfaatkan untuk dekorasi cake dan menghias sajian kue. bisa juga langsung dimakan.
*reshare dari majalah Nirmala Februari 2009*

Hmm, ternyata malah bikin tambah ngiler nih, hee, moga bermanfaat deh, kapan-kapan kalau lagi ngidam cokelat lagi moga juga bisa cerita-cerita lagi :) Life is just like a bar of chocolate, it is where the sweetness and bitterness blended up nicely, pintar-pintarnya kita aja buat menikmati manisnya dan mengambil manfaat dari pahitnya, rite ;)
See u around and have a delicious life guys, as always :)

Rabu, 15 Februari 2012

Tongkat Punya Siapa, A Little Something About Giving

Whew, lama gak nge'pin nih gabus, mm, karena belum sempat menjejakkan kaki kemana-mana karena, ehem, sesuatu hal, jadinya sekarang nge'pin yang baru aku dapat dari my recent activity aja deh. Just read a book, buku agak lama sih, cuman kemarin sengaja pas on the bus baca-baca lagi, sambil nungguin pak kernet melilitkan tali rafia ke spion samping bus yang udah gak nempel lagi di gagangnya, dan pak sopirnya hebat, masih nyantai aja gitu jalan dengan spion yang hampir 3/4 bagiannya tertutup terlilit tali rafia, bener-bener merasa teraniaya aku sepanjang perjalanan ==" Eits, this story isn't about those wrecked spion kok, yuk lanjut..

This story is about a chapter of a book, mm, copas sih, just wanna share some of the morals :) Bukunya judulnya "Fulfilling Life: Merayakan Hidup yang Bukan Main" karya Parlindungan Marpaung, buku pertamanya sempet jadi best seller, judulnya "Setengah Isi Setengah Kosong". Apik, recomended buat yang hobi baca, aman juga buat yang hobi stand-up reading karena kisah-kisah didalamnya cukup singkat dan sederhana :)


Aish, kapan ceritanya ini, dari tadi intro terus, tadaa, here's the story..

Tongkat Punya Siapa
"Suatu malam ketika hujan lebat, seorang penunggang kuda berhenti di pinggiran sebuah hutan tidak jauh dari tepian sungai. Dia ingin berteduh. Setelah mencari, akhirnya dia menemukan sebatang tongkat panjang dan menancapkannya kuat-kuat, sehingga kudanya bisa ditambatkan di sana. keesokan harinya, ketika akan berangkat meneruskan perjalanan dia berpikir bagaimana dengan tongkat ini, apakah dibawa? 'Ah, biarkan saja di sini, siapa tahu ada penunggang kuda lain yang bernasib sama seperti saya dan mau menggunakan tongkat ini' Lalu dia pun meneruskan perjalanannya.

Tak lama kemudian lewatlah seorang petualang yang akan merambah hutan. Melihat tongkat yang berdiri tegak tertancap di tanah dia berpikir, ini akan membahayakan orang lain yang lewat apalagi jika malam hari, tentu akan tersandung. Dia pun mengubah posisi tongkat tersebut, digeletakkan ke tanah sehingga tidak mengganggu pejalan kaki dan dia pun meneruskan perjalanannya bertualang.
Berikutnya lewat seorang pemancing yang akan memancing ikan tidak jauh dari tempat tersebut. Melihat ada sebuah tongkat panjang yang tergeletak di pinggir jalan, dia langsung berteriak ' Ahaa.. sudah dari tadi aku mencari tongkat untuk mengukur kedalaman sungai sehingga aku bisa memancing ke tengah sampai batas pinggang, akhirnya ketemu juga!'

Dia pun membawa tongkat tersebut lalu dipakainya untuk mengukur kedalaman tepian sungai, agar dia bisa mendapatkan ikan yang lebih besar dengan memancing agak ke tengah sungai. Akhirnya memang benar, sang pemancing mendapatkan ikan yang cukup banyak dan besar berkat tongkat panjang tersebut. Dengan muka berseri-seri, dia pulang sambil mengucapkan terima kasih kepada "tongkat" yang telah berjasa menolongnya mengukur kedalaman tepian sungai. Selanjutnya, dia berpikir tongkat tersebut tidak akan dibawanya pulang, namun dibiarkannya saja tergeletak di tepi sungai tersebut, siapa tahu ada pemancing lain yang membutuhkan agar sukacita yang dirasakannya sekarang dapat juga dirasakan oleh pemancing lainnya kelak.

Selang beberapa hari kemudian, tidak ada seorangpun yang melewati daerah tersebut dan tongkat pun tergeletak saja di tepi sungai. Semakin hari tongkat tersebut semakin kering. Hingga lewatlah seorang lelaki pencari kayu yang sudah ke sana kemari belum menemukan kayu kering. Dia membutuhkan kayu kering untuk dijadikan kayu bakar untuk menanak nasi bagi keluarganya. Semua kayu yang diperoleh kurang bagus untuk memasak, hingga dia menemukan sebatang tongkat kering yang agak panjang untuk dijadikan kayu bakar. Dengan menggunakan parangnya kayu tersebut dipotong-potong untuk dijadikan kayu bakar dirumahnya."

Sesungguhnya apa yang kita miliki saat ini hanyalah bersifat sementara, sehingga rasanya agak berlebihan jika seseorang mengklaim bahwa apa yang dimilikinya saat ini adalah miliknya yang abadi selamanya. Tidak ada satu orangpun di dunia ini bisa memiliki segala sesuatu tanpa sepengetahuan Sang Khalik. Dia yang memberi, Dia pula yang dapat mengambilnya dalam sekejap. 

Itulah sebabnya, semakin seseorang menerima dan memiliki segala sesuatu, baik fisik, maupun non fisik seyogyanya harus semakin hidup rendah hati dan syukur. Sudah saatnya, apa yang dimiliki dibagikan kepada orang lain, agar orang lain pun dapat merasakan berkah Sang Khalik melalui uluran tangan kita.

Orang yang memberi tidak akan pernah kekurangan. Namun mereka yang sulit memberi justru akan selalu merasa kekurangan dan ketakutan. Di dalam pemberian ada kebahagiaan dan kebersamaan. Melalui pemberian, kita menyadari bahwa sesungguhnya manusia itu tidak sendiri dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Bukankah segala sesuatu ada masanya? Ketika masa yang datang kurang menguntungkan dan menjadi beban, bukankah Sang Khalik dapat menggunakan tangan orang lain untuk menolong kita? ~ dikutip dengan sedikit mengurangi kata-kata :)

So, sudah seringkah kita meng-estafet-kan apa-apa yang pernah Dia sisipkan di hidup kita? Bukankah nikmat yang Dia berikan juga tak pernah dapat kita hitung jumlahnya? Dan bukankah Dia juga berjanji untuk memberi jauh lebih banyak ketika kita mensyukuri dan mau membagi nikmat yang kita terima? Memberi gak harus nunggu kita kaya, justru dengan memberi, maka Dia lah yang akan mengayakan kita, rite ;)

Have a wonderful life guys,
see ya at the next stories :)